8 Mitos Kesehatan Tulang, Cek Faktanya!
Kesehatan tubuh bukan hanya dilihat dari seberapa ideal postur badan, namun juga dinilai dari kekuatan tulang. Tulang yang kuat membuat tubuh tertopang dengan baik sehingga bisa melakukan banyak kegiatan dengan maksimal. Tulang yang padat dan kuat juga memberikan beberapa manfaat, misalnya tubuh mampu menahan beban yang berat, tidak gampang capek atau nyeri tulang saat harus aktif berkegiatan sampai menjadi cadangan kalsium yang bisa digunakan sewaktu-waktu. Itulah alasannya menjaga kesehatan tulang menjadi hal yang vital, baik melalui pola makan bergizi seimbang maupun dengan mengonsumsi suplemen yang mengandung kalsium dan vitamin D.
Menariknya, diskusi soal kesehatan tulang ternyata mengundang berbagai mitos yang belum tentu benar. Mitos tersebut bahkan diceritakan turun temurun baik oleh orang tua maupun guru di sekolah. Untuk melihat kebenarannya, yuk simak mitos dan fakta berikut ini:
Mitos#1:
Ada mitos yang menyebutkan bahwa tulang bersifat statis, artinya memiliki bentuk tetap dan tidak berubah-ubah. Mitos ini muncul karena tulang selalu identik dengan tekstur yang padat dan keras sehingga dikatakan bentuknya tetap dari waktu ke waktu dan tidak fleksibel.
Fakta: Faktanya, tulang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu tulang keras dan tulang rawan. Tulang keras inilah yang bersifat keras dan statis karena berfungsi untuk menopang tubuh. Contoh jenis tulang ini adalah tulas paha, tulang lengan dan selangka. Jenis kedua adalah tulang rawan atau kartilago yang bersifat elastis. Elastisitas ini membuat tulang rawan lebih lentur dan bisa berubah bentuk jika mendapat tekanan. Contoh tulang rawan adalah telinga dan juga hidung.
Mitos#2: Tulang berhenti tumbuh saat tua1,2
Pada umumnya, tulang tumbuh sejak manusia dilahirkan sampai pada usia tertentu ketika pubertas terjadi. Biasanya, usia belasan tahun menjadi batas dari pertumbuhan tulang. Itulah yang menjadi alasan untuk anggapan bahwa ketika sudah tua tulang tidak lagi tumbuh.
Fakta: tulang keras akan berhenti tumbuh sekitar masa pubertas karena sebagian besar sel-sel tubuh berhenti berkembang dan membelah. Itulah sebabnya setelah lewat masa pubertas dikatakan tulang tidak lagi tumbuh. Namun, beda lagi dengan kartilago atau tulang rawan yang tetap tumbuh sampai usia berapapun. Hal ini disebabkan sifat selnya yang lebih lunak dan tidak mengalami pengerasan.
Mitos#3: Cukup minum susu dengan kalsium mencegah osteoporosis1
Osteoporosis sangat erat hubungannya dengan asupan kalsium yang masuk ke tubuh. Sedangkan susu dikenal sebagai sumber kalsium yang baik sehingga mengkonsumsi susu secara rutin disebut dapat membantu mencegah osteoporosis.
Fakta: susu merupakan sumber kalsium yang baik dan bermanfaat untuk tulang. Namun, sumber kalsium bukan hanya susu; kacang kedelai, tahu, tempe, keju dan yoghurt juga dapat memenuhi kebutuhan kalsium. Dan juga, kalsium pada berbagai makanan tersebut tidak bisa langsung diserap tubuh karena butuh bantuan vitamin D yang memaksimalkan absorpsi kalsium dalam usus.
Mitos#4: Postur tubuh yang buruk sebabkan sakit punggung3
Ketika berada dalam posisi duduk membungkuk atau berdiri dengan tidak lurus dalam waktu lama, punggung akan terasa nyeri. Rasa sakit ini sering dianggap karena tulang menjadi “kaku” akibat posisi yang tidak rileks dan buruk.
Fakta: posisi tubuh yang buruk seringkali membuat punggung nyeri. Namun, penyebabnya bukanlah tulang yang kaku mengingat tulang belakang memang bersifat keras. Rasa nyeri di punggung terjadi karena kekakuan otot akibat posisi tubuh tersebut. Tekanan pada saraf karena otot kaku juga berhubungan dengan rasa nyeri tersebut.
Mitos#5: Lari buruk untuk lutut2,3
Mitos menyebutkan lari buruk untuk lutut karena banyaknya kasus cedera persendian akibat berlari jarak jauh.
Fakta: Berlari secara rutin selama 30 menit sehari justru memperkuat tulang karena sirkulasi darah yang baik sehingga kalsium yang diserap dalam pencernaan bisa dialirkan ke seluruh tubuh. Namun, bila lari dilakukan dalam jarak jauh dan lebih dari waktu tersebut, kemampuan lutut untuk mengatasi peradangan berkurang sehingga cedera sering terjadi. Faktor berat badan, usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi tingkat kerentanan tersebut.
Mitos#6: Sering membawa ransel berat memicu skoliosis3
Skoliosis merupakan kelainan tulang dimana bentuk tulang belakang berubah menjadi seperti huruf C atau S dengan derajat kemiringan tertentu. Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh postur tubuh yang salah dalam jangka waktu lama dan membawa beban berat di punggung sehingga ruas tulang tertarik, membuat saraf terganggu atau bahkan mati. Akibatnya, bentuk tulang mengikuti postur yang salah tersebut.
Fakta: Tas ransel yang berat memang memberikan tekanan dan beban pada punggung dimana jika fisik tidak kuat atau berpostur kecil maka tulang akan menanggung beban tersebut. Ketika membawa ransel yang berat tubuh cenderung mengikuti arah beban yang menjadikan postur miring dan ruas tulang belakang tertarik. Inilah yang menyebabkan skoliosis.
Mitos#7: Hanya wanita yang terkena osteoporosis1,2,3
Wanita rentan mengalami pengeroposan tulang atau osteoporosis karena kepadatan tulangnya mudah hilang misalnya akibat hamil dan menyusui. Pengaruh hormon juga mengambil peran pada kepadatan tulang dimana saat menopause, kadar estrogen menurun yang mengakibatkan berkurangnya kepadatan tulang.
Fakta: meskipun perempuan lebih berisiko terkena osteoporosis, pria sebenarnya juga bisa mengalaminya namun lebih lambat atau di usia yang lebih senja. Alasannya, struktur tulang pria memang lebih padat daripada wanita dan penurunan kepadatannya biasanya terjadi secara perlahan.
Mitos#8: 10 ribu langkah tiap hari bagus untuk tulang1
Gerakan massal 10 ribu langkah setiap hari dicanangkan untuk menjaga kesehatan tulang. Dengan banyak melakukan aktivitas fisik ini tulang menjadi lebih padat dan kuat sehingga jauh dari pengeroposan.
Fakta: 10 ribu langkah adalah ukuran yang diberikan oleh WHO untuk menunjukkan tingkat aktivitas seseorang. Angka tersebut digolongkan dalam level kegiatan yang aktif. Semakin aktif tubuh bergerak maka akan semakin terlatih tulang untuk menahan beban sehingga kepadatannya meningkat.
Mitos#9: Membunyikan sendi meningkatkan resiko arthritis
Membunyikan sendi atau cracking knuckles disebut-sebut dapat memicu terjadinya peradangan persendian dan tulang (arthritis). Banyak orang berasumsi ketika sering membunyikan sendi, pelumas antar sendi akan menipis atau habis sehingga sendi menjadi kering dan mengalami peradangan.
Fakta: Membunyikan sendi atau cracking knuckles disebut-sebut dapat memicu terjadinya peradangan persendian dan tulang (arthritis). Banyak orang berasumsi ketika sering membunyikan sendi, pelumas antar sendi akan menipis atau habis sehingga sendi menjadi kering dan mengalami peradangan.
Referensi:
-
10 Essential Facts About Osteoporosis, diakses pada 2 Agustus 2021 dari https://www.everydayhealth.com/osteoporosis/essential-facts-about-osteoporosis/
-
Bone Facts, diakses pada 2 Agustus 2021 dari https://www.bonehealthpolicyinstitute.org/bone-facts
-
Facts about Bone Health, diakses pada 2 Agustus 2021 dari https://www.nof.org/preventing-fractures/general-facts/facts-about-bone-health-in-children-and-adolescents/
-
Does Knuckle Cracking Cause Arthritis, diakses pada 2 Agustus 2021 dari https://www.health.harvard.edu/pain/does-knuckle-cracking-cause-arthritis
Dapatkan
CDR yang Tepat Untukmu
Penuhi kebutuhan untuk tulang sehat dengan kombinasi kalsium, vitamin C, vitamin D, dan vitamin B6.